Belajar Memimpin dari Peran Suami

"Menjadi Pemimpin bagi setiap laki-laki adalah merupakan suatu keharusan, untuk itu jadilah Pemimpin yang bertanggung jawab , berintegritas dan memiliki visi yang jelas atas 'GOAL' yang hendak dicapai"

Anda mau belajar menjadi seorang pemimpin yang baik? mulailah dari keluarga. Keluarga, bisa dikatakan sebagai entitas masyarakat terkecil yang merupakan embrio dari masyarakat yang lebih besar. Bagaimana memposisikan diri di dalam keluarga, bagaimana bisa membawa keluarga ke arah tertentu, bagaimana bisa membimbing dan meningkatkan kapasitas dan kualitas keluarga, semua menjadi awal dari bagaimana seseorang dapat memimpin entitas yang lebih besar.



Bagi lelaki, menjadi seorang suami berarti menjadi pemimpin tertinggi di dalam keluarga. Siapa yang dipimpin? tentu istri dan anak-anaknya. Saat Anda sudah memutuskan untuk menjadi seorang suami, berarti Anda mengambil tanggung jawab seorang wanita dari orang tuanya. Inilah salah satu tugas penting seorang pemimpin, bertanggung jawab. Kita menjadi siap untuk menjaga dan menghidupi istri, dan siap menanggung resiko dari pilihan hidup kita itu. Seorang suami menjadi contoh bagi istri dan anak-anaknya. Ia adalah implementasi utama dari arah tujuan keluarga. Suami juga yang menjaga nilai dan aturan dalam keluarga.

Pendidikan pun sesungguhnya dimulai dari suami, terutama peran sebagai ayah. Pendidikan anak bukan diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Pendidikan anak paling utama adalah dari keluarga, dan pusat ilmunya ada pada suami sebagai ayah dan kepala keluarga. Seorang suami perlu mendidik anak, dan mendidik istri bagaimana cara mendidik anak.
Bisa Anda bayangkan saat seorang pemimpin begitu dihormati di kantor atau instansi tempatnya bekerja, namun saat pulang, di rumah tak ada yang menghormati dan menghargainya. Istri tak menganggapnya pemimpin karena dinilai tak bertanggung jawab mengurus keluarga. Anak tidak menghormatinya sebagai ayah karena dianggap tak memberikan kasih sayang yang layak. Anak dan istri menganggapnya munafik, karena bicara manis di luar namun tak menunjukkannya lewat perilaku nyata di rumah. Jika ini terjadi, kepemimpinannya yang “mempesona” di kantor takkan bertahan lama. Yakinlah….

Para lelaki, termasuk saya, bangunlah kepemimpinan berkualitas mulai dari keluarga. Saya pun masih belajar mengenai ini, dan dalam proses untuk membangunnya di dalam keluarga saya. Karena itu, seorang suami perlu menjadi pribadi paling getol untuk belajar dan mengevaluasi diri. Seorang suami juga perlu membuka diri terhadap informasi dan wawasan baru, serta melatih diri dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab penuh atas keputusan itu. Tidak lupa, Suami juga perlu membangun pengaruh terhadap keluarga, dengan menunjukkan secara nyata melalui bukti bahwa saat keluarga mengikutinya mereka akan sampai kepada kebaikan.
Semua ini terjadi pada semua level dan wilayah kepemimpinan, baik pemimpin perusahaan, pemimpin politik, pemimpin komunitas, pemimpin negara, dan sebagainya, semua berawal dari perannya memimpin keluarga. Jikalau pun Anda mengenal seseorang yang cemerlang kepemimpinannya di luar rumah namun hancur dalam kemepimpinan keluarga, orang seperti itu memang ada. Mereka memimpin organisasi dengan baik, namun tidak bahagia meski mendapat pengakuan. Ibarat burung terbang dengan sayap tidak utuh, kepemimpinan mereka tetap pincang dan cukup sulit melesat lebih tinggi.

Bagi yang belum nikah, siapkan diri dulu sebagai pemimpin sebelum memutuskan menikah. Bagi yang sudah menjadi suami, jadilah pemimpin sesungguhnya, bukan sekedar pengatur keluarga. Jika Anda pebisnis muda, jangan terlalu terbuai dengan iming-iming “sukses bisnis di usia muda”, saran saya bangun keluarga Anda dulu di usia muda karena keluarga akan menjadi akar penyokong kesuksesan Anda saat memasuki usia emas nantinya. Karena hari ini sangat banyak gerakan “sukses usia muda” di berbagai bidang yang hampir semua diukur dari finansial, dan jarang yang mengajak untuk membangun keluarga sukses sejak muda.
Saat sudah terlanjur memiliki keluarga tak harmonis, mulai perbaiki. Jangan diperpanjang, apalagi menghidar. Lebih gawat lagi, menjadikan kepemimpinan di kantor sebagai pelarian atas tidak mampunya memimpin keluarga. Maka ia begitu menikmati posisi sebagai pemimpin di kantor karena saat di rumah semuanya hilang. Perbaiki, perbaiki, perbaiki, dan berikan porsi fokus besar pada perbaikan keluarga dengan mulai menjadi contoh yang baik dan membangun integritas di dalam keluarga. Terus belajar dan mengevaluasi diri serta bersedia dievaluasi oleh istri dan anak.
Mulailah semua dari keluarga, karena keluarga-lah tempatmu kembali.


No comments:

Post a Comment