Membaca judul artikel ini, sebagian dari Anda mungkin ada yang
merasa kurang nyaman atau kurang enak. Ya, artikel kali ini memang
membahas mengenai seorang pemimpin yang meminta maaf kepada bawahannya.
Jika seorang pemimpin meminta maaf kepada orang dengan pangkat atau
posisi lebih rendah, bagaimana menurut Anda?
Seorang pemimpin juga manusia. Manusia takkan pernah luput dari
kesalahan. Tidak jarang seorang pemimpin berbuat salah dalam tim, baik
dalam keputusan maupun eksekusi keputusan, atau bahkan pada saat membuat
perencanaan. Bukan tidak mungkin juga seorang pemimpin berbuat
kesalahan dengan mengeluarkan kata-kata yang entah tanpa sengaja
menyinggung bawahannya, atau menunjukkan sesuatu yang membuat bawahan
menjadi tidak senang.
Sudah selayaknya orang yang bersalah meminta maaf. Namun apakah layak
pemimpin melakukannya? apalagi kepada orang yang dipimpinnya?
Semua bermula dari mindset apa yang sesungguhnya dibangun
oleh sang pemimpin tentang aktivitas “mengakui kesalahan”. Saat seorang
pemimpin memandang dirinya adalah sosok di atas segalanya, maka ia
anggap dirinya sebagai “Tuhan” baru di dalam tim yang tak pernah salah
dan tak boleh cacat. Saat ada kesalahan, sang pemimpin berusahan
menutupinya karena harus tetap tampak sempurna. Bagi pemimpin seperti
ini, meminta maaf adalah sikap memalukan karena artinya mengakui bahwa
ia bisa saja salah.
Sebaliknya, saat seorang pemimpin mampu memandang diri apa adanya
sebagai manusia biasa, maka ia sudah siap sebagai pribadi yang bisa
salah. Pemimpin seperti ini membutuhkan orang lain untuk bisa maju
bersama. Karena itu ia akan menghargai keberadaan timnya sebagai bagian
penting dalam mewujudkan tujuan bersama, bukan entitas sampingan yang
ada atau tidak, tak ada bedanya. Pemimpin ini memandang kesalahannya
sebagai hal yang memang bisa terjadi sebagai manusia. Baginya, meminta
maaf adalah perbuatan terhormat, karena mengakui kesalahan dan
berkomitmen memperbaiki adalah sebuah langkah untuk perbaikan diri serta
tim untuk mendekatkan dirinya dan tim yang dipimpin kepada tujuan.
Pemimpin seperti apa Anda? apakah pemimpin yang menganggap diri
sempurna tanpa cacat? atau pemimpin yang mau menerima diri apa adanya
dan mau maju bersama tim sebagai satu kesatuan tak terpisahkan?
Dan percayalah, setiap orang akan lebih menghargai orang lain yang
berjiwa besar untuk mau terbuka mengakui kesalahan dan siap berkomitmen
memperbaiki diri. Bukannya memalukan, seorang bawahan justru akan lebih
respek kepada pemimpin yang mampu melakukannya. Maka, pemimpin terhormat
adalah pemimpin dengan sikap dan kerelaan untuk meminta maaf, mengakui
kesalahan, dan siap memperbaiki diri.
Anda takkan kehilangan wibawa dengan meminta maaf.
Sebaliknya, keberanian Anda meminta maaf akan menaikkan wibawa Anda ke
tingkat yang takkan Anda bayangkan sebelumnya.
No comments:
Post a Comment